Sekaitan dengan berakhirnya tahun 2010, Misteri menghubungi KH. Zumri Fadlil, Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Banaran, Ambarawa, Jawa Tengah, untuk mengulas seputar wangsit gaibnya tentang tahun 2011.
Kyai Zumri menuturkan bahwa bencana yang belakangan ini kerap terjadi di Indonesia dan di berbagai belahan Bumi lainnya, menunjukkan alam yang kian mengganas. Bencana datang silih berganti. Ribuan manusia mati ‘dibunuh’ alam yang dihuninya.
“Apakah ini pertanda manusia semakin bergelimang dosa dan maksiat?” Tanya Misteri.
“Pendapat semacam itu memang ada benarnya. Bencana alam seringkali dikaitkan dengan maraknya kemaksiatan dan semakin jauhnya manusia kepada Tuhan. Merajalelanya kemaksiatan menyebabkan datangnya azab Tuhan. Jika kita membaca Kitab Suci Al Qur’an memang banyak ayat-ayat yang menggambarkan murkanya alam akibat kemaksitan yang dilakukan manusia.,” jawabnya.
“ Kita tahu bagaimana umat Nabi Luth As, yaitu kaum Sodom dan Gomorah yang hancur akibat perbuatannya sendiri yang menyalahi perintah agama. Begitupula dengan Fir’aun dan balatentaranya yang hancur karena kesombongannya kepada Tuhan,” lanjutnya.
Lebih jauh dikatakan, kisah-kisah umat manusia yang dibinasakan alam itu umumnya memang akibat perbuatan mereka sendiri yang melanggar perintah Tuhan. Pada dasarnya kisah semacam itu menjadi pelajaran bagi umat manusia di kemudian hari untuk tetap taat kepada Tuhan.
“Sebuah bangsa yang melakukan kekufuran akan dimusnahkan. Kemudian akan diganti dengan bangsa yang taat dan patuh kepada Tuhan. Sunnatullah semacam ini sudah pasti dan tidak akan berubah,” kilah Kyai Zumri Fadlil.
“Bukankah diantara mereka yang terkena bencana ada yang beriman dan patuh kepada Tuhan?”Tanya Misteri.
“Benar. Karenanya kita tidak dapat melihat rangkaian bencana alam itu secara sebagian saja. Kita juga harus melihatnya secara utuh dan menyeluruh. Jika kita mengkaji secara utuh, maka ada banyak faktor-faktor lain yang menyebabkan alam murka kepada manusia,” Jawabnya.
“Tetapi wangsit gaib yang saya dapatkan justru bencana besar di tahun 2011 bukan lantaran disebabkan alam. Bencana itu terjadi pada umat manusia karena manusia berada dalam puncak keputusasaan,” katanya.
Krisis Keyakinan
Kyai Zumri menuturkan, pada masa sekarang ini keyakinan umat manusia kepada Tuhan terbatas hanya sebagai simbol status semata. Manusia yang percaya keberadaan Tuhan tidak didasari oleh keyakinan seutuhnya bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Manusia percaya kepada Tuhan hanya karena sebagian besar umat manusia di dunia ini percaya adanya Tuhan.
“Keyakinan kepada Tuhan sangat tinggi. Tetapi bersamaan dengan itu, manusia tidak tahu manfaat apa yang akan diperolehnya jika percaya adanya Tuhan. Contoh sederhananya adalah, saat berada dalam ketentraman, kebahagiaan, kecukupan, dan lain-lain, diri kita sering merasa bahwa semua itu merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Besar, “ujarnya.
“Tetapi jika berada dalam tahap kesusahan, penderitaan, keputusasaan,dan lain-lain, diri kita merasa seolah-olah Tuhan tidak ada. Kita tidak pernah mau mengadukan kesulitan kita kepada Tuhan. Pada awalnya kita memang mengadu kepada Tuhan agar terjadi perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Namun ketika Tuhan tidak memberi jawaban secepatnya, maka secepat itu pula manusia meninggalkan Tuhan,” lanjutnya.
Kyai Zumri menambahkan bahwa kondisi yang juga banyak terjadi belakangan ini adalah manusia-manusia yang mengaku beriman kepada Tuhan, tetapi juga menuhankan yang lain. Menuhankan harta dan kekuasaan.
“Ini termasuk syirik khofi atau syirik yang tersembunyi. Korupsi di negeri ini umumnya dilakukan oleh orang-orang yang mengaku beriman kepada Tuhan dan secara ekonomi tidak kekurangan. Namun secara bersamaan mereka juga menuhankan harta,” katanya.
Konflik
Dia menjelaskan, kondisi ini telah merata hampir di semua lini kehidupan, khususnya ekonomi dan politik. Akibat yang ditimbulkan adalah kacaunya tatanan kehidupan yang diridhoi Tuhan. Inilah yang menimbulkan keputusasaan.
Puncak keputusasaan di masyarakat ini yang mengkhawatirkan. Dampak kerusakannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kerusakan yang ditimbulkan bencana alam. Meski bentuk keputusasaan ini berbeda-beda.
Mereka yang secara ekonomi tersisih akan mengalami puncak keputusasaan. Mereka akan berontak dengan caranya sendiri. Demonstrasi menuntut perbaikan hidup nyaris merata di berbagai negara,
Di negeri ini, bentuk keputusasaan pun masih berkisar dari soal ekonomi dan ketidak adilan yang semakin menyolok. Keputusasaan yang dapat menimbulkan kerusuhan massal dan meningkatnya bunuh diri. Terbengkalainya kasus Century menjadi bom yang siap meledak mengguncang kekuasaan.
Bagi negara-negara yang saling berseteru,bentuk keputusasaan ditunjukkan dengan semakin rendahnya keinginan berdialog guna mencapai titik perdamaian. Ini akan menimbulkan konflik besar di berbagai negara. Meski tidak sampai memicu Perang Dunia Ketiga.
Wali-Wali Tuhan
Sebagaimana diuraikan di atas, bencana alam sering dikaitkan dengan kekufuran manusia kepada Tuhan. Azab datang menerpa karena manusia ingkar kepada Tuhannya.
Menurut Kyai Zumri, ketika bencana alam terjadi, tentu sangat naïf jika manusia-manusia yang penuh dosa dan maksiat tiba-tiba memohon kepada Tuhan agar bencana yang menyengsarakan ini berhenti.
“Tetapi apakah semua manusia yang terkena bencana itu penuh dosa dan maksiat? Tentu tidak mungkin. Pasti ada diantara mereka manusia-manusia beriman yang patuh kepada Tuhannya,” katanya.
“Bencana yang datang silih berganti dalam rentang waktu yang pendek ini juga disebabkan sedikitnya manusia-manusia yang memiliki derajat kewalian. Mereka yang memiliki derajat kewalian semakin berkurang lantaran telah dipanggil ke Rahmatullah,“ lanjutnya.
Sedangkan sosok Wali-Wali Tuhan (Waliyulloh) yang masih hidup tidak dapat diketahui secara pasti keberadaannya atau lokasi tempat tinggalnya. Padahal doa para Wali-Wali Tuhan sangat diharapkan agar Tuhan berbelas kasih kepada manusia dan tidak mendapat azab di Bumi ini (putus asa juga tergolong azab bagi manusia).
Para Waliyulloh memberikan bimbingan terhadap segala macam problematika yang dihadapi umatnya. Mereka membimbing dalam tingkat keikhlasan yang tinggi. Memberi motivasi dan harapan bagi orang-orang yang tersisih agar segera bangkit dari keterpurukan.
Tetapi disaat orang-orang yang memiliki derajat kewalian semakin berkurang,Situasinya menjadi berbeda. Apalagi jika segala sesuatunya ditentukan dengan nilai materi. Akibatnya, orang-orang yang sedang dilanda masalah semakin putus asa lantaran tidak mendapat solusi mengatasi keruwetan hidupnya.
“Keputusasaan manusia semakin memuncak di tahun 2011. Harapan untuk hidup bahagia secara wajar menjadi menipis. Ini merupakan bencana besar bagi umat manusia. Inilah wangsit gaib yang saya dapatkan,” katanya menutup perbincangan.